Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Jumat, 22 Juli 2011
Benarkah TV dan SMS?
Beberapa hari belakangan ini, kasus BBM (BlackBerry Messenger) sedang hangat-hangatnya dibicarakan di media massa seperti TV. Itu adalah contoh sepenggal kalimat yang mudah untuk diucapkan walaupun sebenarnya salah. Kita akan membaca tv menjadi tivi atau tipi, bahkan bagi orang yang tidak mengerti atau salah dengar bisa menjadi titi. Demikian juga dengan dvd, cd, pakar IT, tapi bagaimana dengan kata resapan dari bahasa Inggris lainnya, apakah kita mengejanya dalam ejaan Inggris lainnya, seperti hp, sms, mms, dan bbm? Memang tampaknya telah menjadi kaidah bahasa kita, yaitu untuk ikut-ikutan, membaca bagaimana enaknya saja, atau untuk sok keren padahal salah? Sebagaimana yang dijelaskan oleh seorang kritikus bahasa Alif Danya Munsyi, kita suka mengucapkan singkatan TV dengan tivi, sementara untuk HP kita tidak pernah menyebutnya eitch pi. Padahal pada era tahun 90-an, pada zaman keteraturan berbahasa Indonesia masih dijaga oleh rakyat dan pemerintah masa itu, kita melihat ucapan untuk tv adalah teve, hal ini dapat dilihat dari stasiun televisi nasional yang menggunakan teve pada singkatan tv, seperti TVRI, SCTV, dan ANTV. Maka memang benar, sering kita menggunakan bahasa resapan dari bahasa asing seenaknya saja, mungkin supaya dibilang intelek, dan celakanya diikuti banyak orang, padahal salah. Harus diakui, mengucapkan teve atau ite atau juga cede terasa janggal, tapi sebenarnya itulah ejaan yang berlaku dinegara kita, jangan ada diskriminasi antara tv dan sms (dalam ejaan bahasa Inggris is em is) atau bbm, masalah janggal hanya masalah kebiasaan, dan jangan mau menjadi orang yang sekedar ikut-ikutan!.
Minggu, 29 Mei 2011
Puisi Remaja : Sakau Kekasih
karya : Muallim Rasyidi /Muhammad Abduh Mukhtirulilmi
• Aku merenung dalam sunyi
Melihat ke sana ke jalan itu
Berharap ia masih menungguku di sini
Tapi itu hanya rayuan semu
Dia hanyalah makhluk fana belaka
Terpaku aku dalam tatapannya celaka
• Aku merenung dalam sunyi
Melihat ke sana ke jalan itu
Berharap ia masih menungguku di sini
Tapi itu hanya rayuan semu
Dia hanyalah makhluk fana belaka
Terpaku aku dalam tatapannya celaka
- Hanyalah pernah kuharap Engkau turunkan rahmat
Hina dina hambamu ini dalam sekarat
Tuhanku, takkan lelah engkau
Meski aku tengah sakau
Menikmati segala pandangan mata
Dan semuanya pasti akan sirna
Rabu, 25 Mei 2011
Puisi Padamu Jua, buku Nyanyi Sunyi, karya penyair religius agamis Tengku Amir Hamzah
Padamu Jua
• Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
• Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
• Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu bukan giliranku
Mati hari bukan kawanku
karya : Tengku Amir Hamzah
• Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti Dahulu
- Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
• Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
- Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
• Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
- Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
• Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu bukan giliranku
Mati hari bukan kawanku
Dari : Nyanyi sunyi
Sabtu, 12 Februari 2011
Organisasi Islam di Indonesia
Muhammadiyah memilih untuk tidak taqlid kepada salah satu imam, mereka memilih hadits yang paling kuat, sehingga terkadang mirip dengan mazhab Hanafi
Nahdatul Ulama memilih untuk berpegang pada salah satu Imam dari 4 imam mazhab
Al-Jam'iatul Washliyah berdasarkan pada mazhab Syafi'i
Nahdatul Ulama memilih untuk berpegang pada salah satu Imam dari 4 imam mazhab
Al-Jam'iatul Washliyah berdasarkan pada mazhab Syafi'i
Rabu, 02 Februari 2011
Resensi novel Negeri Lima Menara
Novel ini bercerita tentang pengalaman seorang yang terpaksa masuk pesantren. Dan di sini diceritakan tentang kehidupan di Pesantren. Penulis mengajak melihat pesantren dari sisi lainnya. Dapat dilihat dari karakter Said yang begitu optimis apapun yang terjadi. Dan tentu akan menarik bila difilmkan.
Sabtu, 29 Januari 2011
Huruf Hidup
Huruf Hidup
Tulisan di Manaroh al-Ilmi, untuk kemajuan peradaban
Huruf hidup adalah huruf yang dapat dibaca, dalam bahasa Arab karena ada baris atau harokah. Berbeda dengan huruf vokal. Huruf hidup ini hanya bisa hidup dengan adanya "nyawa", yaitu baris, sehingga dapat dibaca (kecuali dengan memakai ilmu Nahwu dan Sharaf), demikian pula dengan baris tidak akan bisa dibaca tanpa ia menumpang dengan huruf mati, sedangkan huruf vokal dapat dibaca dengan sendirinya.
Langganan:
Komentar (Atom)