Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Agustus 2011

Mesjid Raya Osmani/Labuhan Medan

Tulisan di Manaroh al-Ilmi, untuk kemajuan peradaban

Kunjungan saya pertama kali ke mesjid ini adalah pada saat saya pulang dari berdakwah di daerah Belawan-Medan pada tahun 2010 lalu. Pada saat itu waktu sholat ashar telah tiba, maka saudara saya yang menunjukkan jalan memutuskan untuk sholat ashar di Mesjid ini. Sepintas Mesjid ini sangat mirip dengan Mesjid Raya Al-Mashun Medan, baik dari arsitekturnya dan warnanya, maklum karena memang sama-sama pernah menjadi Mesjid Kesultanan Deli. Mesjid yang dikenal juga dengan Mesjid Labuh ini didirikan selama tahun 1857-1874 M. oleh Sultan Osman Perkasa Alam (1850-1858). Pada masanya (1854) mesjid ini masih berukuran 16 x 16 m dan terbuat dari kayu yang berasal dari Pulau Penang-Malaysia. Kemudian pembangunan mesjid ini dilanjutkan oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam (1858-1873) yang berkuasa setelahnya. Pada tahun 1870-1872 mesjid ini diperluas sehingga menjadi berukuran 26 x 26 m dan dibuat permanen dari batu dengan Arsitek G.D. Langeren.

Ketika saya memasuki Mesjid ini, memang terasa sejuk dan damai. Mesjid ini mempunyai arsitektur perpaduan Melayu, Arab, India, China, dan Eropa. Di Mesjid ini masih terdapat bedug sejak zaman dahulu, suatu hal yang langka di kota Medan sekarang, juga terdapat tempat mengambil air wudhu yang indah dan berbentuk bulat, seperti di Mesjid Al-Mashun, namun di sini terbuka, dan di sampingnya terdapat kuburan. Mesjid ini sekarang juga masih dalam perluasan. Mesjid ini sering disebut Mesjid Raya karena kebiasaan orang Medan untuk menyebutkan mesjid yang besar adalah Mesjid Raya saja, tanpa disebutkan namanya. Jadi bila datang ke Medan, jangan lupa sholat di Mesjid Raya ini.

Mesjid Raya Osmani/Labuhan Medan

Tulisan di Manaroh al-Ilmi, untuk kemajuan peradaban

Kunjungan saya pertama kali ke mesjid ini adalah pada saat saya pulang dari berdakwah di daerah Belawan-Medan pada tahun 2010 lalu. Pada saat itu waktu sholat ashar telah tiba, maka saudara saya yang menunjukkan jalan memutuskan untuk sholat ashar di Mesjid ini. Sepintas Mesjid ini sangat mirip dengan Mesjid Raya Al-Mashun Medan, baik dari arsitekturnya dan warnanya, maklum karena memang sama-sama pernah menjadi Mesjid Kesultanan Deli, bahkan mesjid ini lebih duluan. Mesjid yang dikenal juga dengan Mesjid Labuh ini didirikan selama tahun 1857-1874 M. oleh Sultan Osman Perkasa Alam (1850-1858). Pada masanya (1854) mesjid ini masih berukuran 16 x 16 m dan terbuat dari kayu yang berasal dari Pulau Penang-Malaysia. Kemudian pembangunan mesjid ini dilanjutkan oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam (1858-1873) yang berkuasa setelahnya. Pada tahun 1870-1872 mesjid ini diperluas sehingga menjadi berukuran 26 x 26 m dan dibuat permanen dari batu dengan Arsitek G.D. Langeren.

Ketika saya memasuki Mesjid ini, memang terasa sejuk dan damai. Mesjid ini mempunyai arsitektur perpaduan Melayu, Arab, India, China, dan Eropa. Di Mesjid ini masih terdapat bedug sejak zaman dahulu, suatu hal yang langka di kota Medan sekarang, juga terdapat tempat mengambil air wudhu yang indah dan berbentuk bulat, seperti di Mesjid Al-Mashun, namun di sini terbuka, dan di sampingnya terdapat kuburan. Mesjid ini sekarang juga masih dalam perluasan. Mesjid ini sering disebut Mesjid Raya karena kebiasaan orang Medan untuk menyebutkan mesjid yang besar adalah Mesjid Raya saja, tanpa disebutkan namanya. Jadi bila datang ke Medan, jangan lupa sholat di Mesjid Raya yang terletak di Jl. K.L Yos Sudarso KM 18,4 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan ini.

Senin, 02 Mei 2011

Asal usul Hari Buruh, sejarah hari buruh, hukum merayakan hari buruh

Setiap tanggal 1 Mei akan diperingati sebagai hari buruh internasional, walaupun di Indonesia masih belum menjadi hari libur nasional, tapi selalu diperingati apalagi sebagai sarana akbar untuk menyampaikan keluhan dan jeritan kepada pemerintah. Lalu bagaimana sejarah hari buruh itu?
Dalam sebuah buku saya baca [1], bahwa hari buruh yang jatuh setiap tanggal 1 Mei bermula dari penghormatan terhadap St. Yosef, ayah (bapak pelindung) Yesus Kristus dan bekerja sebagai tukang kayu di Nazaret, merupakan keturunan dari Raja Daud, dan diangkat oleh gereja sebagai bapa pelindung gereja (pestanya tanggal 1 Mei). Demikian pula saya ada melihat Presiden Filipina, yaitu Marcos yang beragama Katholik sedang memperingati misa buruh 1 Mei.
Bagaimana dengan hukum merayakannya? Saya masih belum menjumpai adanya fatwa mengenai ini, mungkin kita harus menunggu MUI sebagai majlis muftiyin di Indonesia.
[1]1989, Ensiklopedi Indonesia, Jilid 7, hal 3996, Edisi Khusus, Jakarta: P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve

Kerajaan Sontang, Sejarah Kerajaan Sontang, Tambo Sejarah Rajo, Daftar Nama Raja Sontang, Raja Sontang

Kerajaan Sontang


Tulisan di

Manaroh al-ilmi

, untuk kemajuan peradaban

Lokasi Kerajaan Sontang
Pendahuluan
Daftar Nama Raja-Raja
Sebagai keturunan dari waris Raja Sontang, tentu saya harus mengetahui sejarah dari nenek moyang, meskipun saya adalah kelahiran kota, dan untuk mengamalkan sunah Rosul, baiklah akan saya sampaikan ilmu saya yang sedikit tentang sejarah Kerajaan Sontang.
Kerajaan Sontang adalah salah satu kerajaan di Provinsi Sumatera Barat, kemudian bergabung kepada Republik Indonesia pada tahun 1945 melalui pernyataan Raja Sontang ke XI (11) secara langsung kepada pemerintah Indonesia, sehingga tidak terjadi revolusi sosial seperti yang terjadi pada beberapa kerajaan di Sumatera yang memihak Belanda. Kerajaan ini terletak di Kabupaten Pasaman, meliputi kecamatan Duo Koto dan kanagarian (desa, kelurahan) Sontang di kecamatan Panti.


Daftar Nama Raja-Raja


  1. Si Baroar bergelar Nasaktion (Nasution)
  2. Raja Gumanti Porang
  3. Raja Lobi
  4. Gambir Tuanku Rajo Sontang I
  5. Parlagutan Tuanku Rajo Sontang II
  6. Ninggil Tuanku Rajo Sontang III
  7. Nuncang Tuanku Rajo Sontang IV
  8. Mutar Tuanku Rajo Sontang V
  9. Garang Tuanku Rajo Sontang VI
  10. Nanggar Tuanku Rajo Sontang VII
  11. Ratus Haji Sulthan Tuanku Rajo Sontang VIII
  12. Humala Sutan Sulaiman Tuanku Rajo Sontang IX
  13. Djaaman Tuanku Rajo Sontang X
  14. Ahmad Dahlan Tuanku Rajo Sontang XI
  15. paman (pak tuo) saya

    Taufik Arief, S.H

    Tuanku Rajo Sontang XII
Referensi:Nasution, Arwin. Tambo Sejarah Negeri Sontang-Cubadak-Simpang Tonang Keturunan Rajo Sontang Serta Sekalian yang Berpangkat Adat Pemberian Oleh Rajo Sontang di Atas Tanah Ulayat Rajo Sontang. Medan: 1997