Tampilkan postingan dengan label Tokoh Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Desember 2011

Mengenal Syekh Muhammad Abduh Pan Islamisme dan Salafiyah

Muhammad Abduh adalah sosok ulama yang sangat terkenal sebagai pembaharu pemahaman beragama umat Islam. Beliau adalah seorang yang bermazhab Syafi'i. Beliau dilahirkan di kawasan Mesir Hilir (delta Mesir) tahun 1849 dan wafat di Kairo tahun 1905. Beliau berasal dari keluarga petani, ayahnya orang Turki dan ibunya orang Mesir. Beliau telah hafal Qur an di usia dini dan belajar ilmu-ilmu tasawuf. Beliau memasuki Al-Azhar tahun 1866, kemudian pada 1872 berjumpa dengan Jamaluddin al-Afghani. Mulailah terbuka suatu wawasan baru bagi beliau tentang kondisi umat yang dilanda kemunduran. Beliau bergerak sebagai aktivis Pan Islamisme, yakni untuk membangkitkan kembali kejayaan umat di masa salaf (dahulu). Beliau belajar ilmu-ilmu moderen, bekerja sebagai wartawan (1876), dan setelah tamat dari Al-Azhar (1877), mengajar di Dar al-Ulum. Kemudian beliau dibuang oleh pemerintahan Ali Pasya (1882) karena pemikiran beliau yang dianggap berbahaya bagi pemerintah, karena beliau memimpin redaksi harian pemerintah Al-Waqo'i Al-Mishriyah
(Sejarah ini akan kami lanjutkan)

Salah satu ide cemerlang beliau adalah gagasan tentang Pan Islamisme, yakni dengan membangkitkan kembali kejayaan umat Islam dimasa lalu dengan mempelajari ilmu-ilmu duniawi namun menjadikan ilmu agama sebagai landasan utamanya (yang pada zaman itu hal ini dianggap hal yang tabu, bahkan sampai-sampai beliau dianggap Sekuler/Liberal, padahal pada akhirnya ajaran beliau ini dipakai pada sebagian besar sekolah-sekolah Islam), dan juga menggagas persatuan umat atau i'tishomul Islam dengan menghilangkan taqlid buta yang memecah belah umat, serta menghilangkan bid'ah dan khurafat yang telah mengkikis ajaran agama Islam. Maka gagasan ini juga dinamai "salafiah", yakni dengan memegang teguh ajaran Nabi Muhammad SAW tanpa penyimpangan-penyimpangan. Namun karena hal ini dianggap aneh pada zamannya, tidak sedikit orang yang memfitnah beliau dengan mengatakannya sebagai seorang rasionalis/mu'tazilah, padahal dalam risalah tauhid, beliau adalah penganut Suni, dan beliau berkata tidak boleh mentakwilkan ayat Al-Quran menurut rasio akal saja. Tampaknya beliau juga terpengaruh dengan ajaran Ibnu Taimiyah dan gurunya tentang ijtihad, namun berbeda dengan Wahabi yang keras, ataupun orang-orang yang sekuler (yang mengatakan "buka ijtihadnya, buka jilbabnya").
Adapun salafi masa kini, telah bergeser dari tujuannya semula, yaitu tidak taqlid dan tidak memecah belah umat dan tidak dengan cara kekerasan. Hal ini mungkin karena Salafi itu telah disusupi oleh Wahabiah yang sangat berbeda. Mengenai Wahabi ini, didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, dan saudara kandung beliau sendiri tidak setuju dengan ajaran ini, itulah sebabnya tidak tepat menisbatkannya kepada Abdul Wahab. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab ini berasal dari wilayah Nejd, yang merupakan wilayah orang Arab badui. Tidak heran bila ditempat ini terdapat banyak bid'ah dan khurafat, namun orang Arab badui ini terkenal dengan sifatnya yang keras kepala, dan merupakan cikal bakal orang khawarij, itulah sebabnya, ada kemungkinan bahwa ajaran Wahabiyah ini telah disusupi oleh orang-orang khawarij, meskipun orang orang Wahabiyah tidak pernah mengkafirkan para sahabat.

Jadi gerakan salafi yang bersumber dari Ibnu Taimiyah dan gurunya ini terbelah dalam banyak kelompok, yang ekstrem ke barat menjadi sekuler, dan ekstrem anti barat menjadi sangat keras dan fanatik, salah satunya wahabiyah, meskipun pemerintahan Arab Saudi justru menjadi antek-antek barat itu sendiri. Salafisme Abduh adalah ajaran yang kembali pada Al-Quran dan As-Sunnah, demikian pula dengan Jamaluddin al-Afghani yang bermazhab Hanafi. Sangat mengherankan bila ada salafi yang justru mengkafirkan ulama-ulama ini, dan malah menjadi pendukung utama musuh-musuh Allah (yang merupakan ciri-ciri khawarij)
Wallahu a'lam

Minggu, 20 November 2011

Ulama Adnan Lubis

Al-Fadhil H. Adnan Lubis


Tulisan di Manaroh al-ilmi, menara ilmu untuk kemajuan peradaban
(Tulisan ini dalam menyambut Milad Al-Washliyah ke 83, ١٤٣٢ - ١٣٤٩ H)
Daftar Isi
Masa Kecil
Masa Belajar

Masa Revolusi
Jasa-jasa
Kepribadian

Masa Kecil
Beliau dilahirkan di kawasan Kampung Arab kemudia pindah ke Kedai
Panjang/Kesawan (Medan). Anak dari H. Hasan Kontas yang merupakan
pedagang kain di Kedai Panjang. Beliau adalah anak ke 3 dari 14
saudara

Masa Belajar
Tahun 1917 masuk sekolah Inggris Anthony School lalu masuk SD di Jalan
Padang Bulan (tamat 1925), sepulang sekolah belajar di Maktab
Islamiyah Tapanuli Jalan Hindu. Beliau berjalan beberapa kilometer
dari rumahnya di Jalan Kenari 12 Kampung Sekip Medan. Tahun 1926
berangkat ke Mekkah sampai tamat tahun 1932 (pada kelas VI/setingkat
Tsanawy). Tahun 1934 berangkat ke Nadwa Collega (Darul Ulum Nadwatul
Ulama) di Lucknow United Propince India, atas beasiswa dari sekolah
tersebut. Selama perjalanan dari Mekkah ke Lucknow tersebut beliau
menyusun kitab "Kisah Perjalanan Imam Syafii" (1936). Setelah 5 tahun
beliau tamat dan memperoleh gelar Al-Fadhil.

Masa Revolusi
Tahun 1939 kembali ke Tanah Air, kemudian menikah dengan Rachmah binti
Abd. Malik Nasution dikaruniai 7 putra dan 2 putri. Tanggal 15 Juli
1940 diangkat menjadi anggota P.B. Al-Jam'iyatul Washliyah.

Tahun 1946
turut membentuk Jawatan Agama Islam di Tebing Tinggi, pada saat Agresi
Militer Belanda I beliau mengungsi ke Binjai lalu kembali ke Medan dan
berangkat ke Tebing Tinggi menjadi guru di Perguruan Menengah Islam(PIM). Pada 21 Mei 1947 ikut dalam Musyawarah Alim Ulama Sumatera Timur
di Tanjung Balai tentang fatwa jihad melawan agresi Belanda dan kaki
tangannya. Ketika Tebing Tinggi diserang Belanda, beliau mengungsi ke
Rantau Prapat lalu ke Medan bersama Arsyad Thalib Lubis. Setelah
penyerahan kedaulatan beliau aktif di Partai Masyumi.

Jasa-jasa
Adapun jasa-jasa beliau antara lain:

  1. Menjadi Kepala Jawatan Agama Kabupaten Labuhan Batu (1948 - 1952)
  2. Guru di GPARAD Islam TTI berpangkat Letnan II Tituler (1950)
  3. 1952: Guru Besar Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
    1954-1966: Dekan pertama Fakultas Syari'ah UISU
  4. Adviseur pada Muktamar Alim Ulama se Indonesia di Medan (1953)
  5. 1956: Ketua Panitia Pembangunan Universitas Al-Washliyah (UNIVA)

    dan turut membangun Kantor Agama di Sumatera Timur
    1958: Rektor pertama UNIVA dan Dekan pertama Fakultas Syari'ah UNIVA
  6. Anggota Konstituante (1956 - 1959)
  7. mengikuti Kongres Alim Ulama se Indonesia di Palembang yang membahas bahaya Atheisme (1957)


Kepribadian
Diantara kepribadian beliau adalah:
  1. Kehidupan beliau dan keluarganya sederhana, yaitu dari honor mengajar dan hasil pertanian.
  2. Beliau gemar masak-masakan, jika ada waktu beliau sendiri belanja ke pasar lalu memasaknya di rumah.
  3. Pakaian khasnya adalah kopiah dan lain sarung.
  4. Di rumah beliau membaca buku siang malam, dengan buku-buku terbuka sejak dari kamar tamu sampai ke kamar makan
  5. Dalam pergaulan beliau hanya suka membahas masalah ilmu pengetahuan
  6. Beliau tidak mau melihat wanita dan sangat benci terhadap pergaulan pria dengan wanita, jika beliau pergi berdakwah dijemput/antar dengan mobil, kalau ada wanita dalam mobil itu beliau tidak jadi naik dan kalau berhadapan dengan murid-murid wanita beliau tidak mau menatapnya secara langsung,hal yang sangat jarang dilakukan oleh guru sekarang ini, yaitu menjaga pergaulan laki-laki dan perempuan.
  7. Jika dalam suatu upacara ada musik/orkes, beliau minta izin pulang
  8. Beliau mempunyai sendirian yang tegas dan saham yang luas (tidak picik)
  9. Dalam mendidik anak-anaknya beliau menyarankan supaya juga belajar ilmu duniawi di samping juga ilmu agama sebagai landasan utama

Beliau meninggal pada 21 Mei 1966 di Medan karena pendarahan di otak. Innalillahi wa inna ilahi roji'un.
Disarikan dari:
Tim Penulis IAIN SU. 1983. Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka di Sumatera Utara. Medan : MUI SU

Kamis, 04 Agustus 2011

Imam Syafi'i: Pembela Sunnah dan Pemberantas Bid'ah/Kesesatan/Ma'shiyat, tuduhan terhadap Imam Syafi'i

Imam Malik RA adalah guru beliau. Imam Malik adalah seorang ahli hadits dan pendiri mazhab Maliki. Namun sepeninggal beliau, banyak pengikut beliau yang menganggap pendapat beliau adalah suci (taqlid buta), bahkan mereka menganggap bekas-bekas peninggalannya termasuk pakaiannya adalah suci. Di negeri Andalusia pada masa itu (sekarang wilayah masuk Spanyol selatan) ada sebuah kopiah milik Imam Malik RA yang dijadikan alat untuk meminta hujan. Tentu saja hal ini tidak pernah diajarkan oleh Imam Malik, namun lama-kelamaan ajaran beliau mulai dirusak oleh pengikutnya yang fanatik. Maka Imam Syafi'i sebagai seorang ulama dan tentunya imam mujtahid mempunyai kewajiban untuk menyeru kepada hal yang benar sesuai dengan syariat Islam. Namun tatkala kritikan beliau ini beliau sampaikan, beberapa pengikut Imam Malik yang fanatik mendatangi Penguasa Mesir untuk mengusir Imam Syafi'i dari Mesir. Banyak sekali hal-hal dalam Islam yang dengan mudahnya dituduhkan merupakan ajaran Imam Syafi'i, padahal sang Imam tidak pernah mengajarkan demikian. Maka jangan heran bila fitnah-fitnah terhadap Imam Syafi'i terus beredar sampai sekarang, karena mudahnya mayoritas pengikut mazhab Syafi'i menuduh yang bukan-bukan kepada beliau.

Kamis, 16 Desember 2010

Ibnu Taimiyah

Beliau adalah seorang ulama Islam. Beliau dikenal sebagai ulama yang memperbaharui pemikiran umat Islam saat itu, dimana umat Islam pada saat itu telah dipengaruhi oleh berbagai bid'ah dan kesesatan. Pemikiran beliau menginspirasi banyak ulama, diantaranya Muhammad Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.1

1Dr.Ali Samy Al Nasyar dan Ahmad Zaky 'Athiyah, penerjemah: H. Firdaus A. N. , Pokok-pokok Pedoman Islam dalam Bernegara, 1967, Bandung: c. v. Diponegoro.