Selasa, 09 Agustus 2011

Mu'tazilah-bukan-sekuler-sipilisMu'tazilah-bukan-sekuler-sipilis

Telah menjadi suatu cap bahwa kaum mu'tazilah adalah orang sekuler. Bahkan banyak ulama yang menyatakan demikian. Tentunya suatu pendapat memerlukan koreksi, demikianlah orang-orang sekulerlah yang sebenarnya mengaku-ngaku bahwa mereka adalah pengikut paham mu'tazilah, sehingga pendapat mereka seolah-olah mendapat tempat di dalam sejarah umat Islam, karena seolah-olah paham sekuler itu berasal dari Islam dan pernah ada dalam sejarah Islam. Sebenarnya bila paham mu'tazilah masih ada sampai sekarang, maka orang-orang sekularis pluralis dan liberalis (sipilis) pasti akan mereka ganyang, karena paham mu'tazilah adalah paham yang memberantas orang-orang sipilis ini, yang dalam zaman dahulu sama dengan kaum Zindiq.

Kamis, 04 Agustus 2011

Mesjid Raya Osmani/Labuhan Medan

Tulisan di Manaroh al-Ilmi, untuk kemajuan peradaban

Kunjungan saya pertama kali ke mesjid ini adalah pada saat saya pulang dari berdakwah di daerah Belawan-Medan pada tahun 2010 lalu. Pada saat itu waktu sholat ashar telah tiba, maka saudara saya yang menunjukkan jalan memutuskan untuk sholat ashar di Mesjid ini. Sepintas Mesjid ini sangat mirip dengan Mesjid Raya Al-Mashun Medan, baik dari arsitekturnya dan warnanya, maklum karena memang sama-sama pernah menjadi Mesjid Kesultanan Deli. Mesjid yang dikenal juga dengan Mesjid Labuh ini didirikan selama tahun 1857-1874 M. oleh Sultan Osman Perkasa Alam (1850-1858). Pada masanya (1854) mesjid ini masih berukuran 16 x 16 m dan terbuat dari kayu yang berasal dari Pulau Penang-Malaysia. Kemudian pembangunan mesjid ini dilanjutkan oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam (1858-1873) yang berkuasa setelahnya. Pada tahun 1870-1872 mesjid ini diperluas sehingga menjadi berukuran 26 x 26 m dan dibuat permanen dari batu dengan Arsitek G.D. Langeren.

Ketika saya memasuki Mesjid ini, memang terasa sejuk dan damai. Mesjid ini mempunyai arsitektur perpaduan Melayu, Arab, India, China, dan Eropa. Di Mesjid ini masih terdapat bedug sejak zaman dahulu, suatu hal yang langka di kota Medan sekarang, juga terdapat tempat mengambil air wudhu yang indah dan berbentuk bulat, seperti di Mesjid Al-Mashun, namun di sini terbuka, dan di sampingnya terdapat kuburan. Mesjid ini sekarang juga masih dalam perluasan. Mesjid ini sering disebut Mesjid Raya karena kebiasaan orang Medan untuk menyebutkan mesjid yang besar adalah Mesjid Raya saja, tanpa disebutkan namanya. Jadi bila datang ke Medan, jangan lupa sholat di Mesjid Raya ini.

Mesjid Raya Osmani/Labuhan Medan

Tulisan di Manaroh al-Ilmi, untuk kemajuan peradaban

Kunjungan saya pertama kali ke mesjid ini adalah pada saat saya pulang dari berdakwah di daerah Belawan-Medan pada tahun 2010 lalu. Pada saat itu waktu sholat ashar telah tiba, maka saudara saya yang menunjukkan jalan memutuskan untuk sholat ashar di Mesjid ini. Sepintas Mesjid ini sangat mirip dengan Mesjid Raya Al-Mashun Medan, baik dari arsitekturnya dan warnanya, maklum karena memang sama-sama pernah menjadi Mesjid Kesultanan Deli, bahkan mesjid ini lebih duluan. Mesjid yang dikenal juga dengan Mesjid Labuh ini didirikan selama tahun 1857-1874 M. oleh Sultan Osman Perkasa Alam (1850-1858). Pada masanya (1854) mesjid ini masih berukuran 16 x 16 m dan terbuat dari kayu yang berasal dari Pulau Penang-Malaysia. Kemudian pembangunan mesjid ini dilanjutkan oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam (1858-1873) yang berkuasa setelahnya. Pada tahun 1870-1872 mesjid ini diperluas sehingga menjadi berukuran 26 x 26 m dan dibuat permanen dari batu dengan Arsitek G.D. Langeren.

Ketika saya memasuki Mesjid ini, memang terasa sejuk dan damai. Mesjid ini mempunyai arsitektur perpaduan Melayu, Arab, India, China, dan Eropa. Di Mesjid ini masih terdapat bedug sejak zaman dahulu, suatu hal yang langka di kota Medan sekarang, juga terdapat tempat mengambil air wudhu yang indah dan berbentuk bulat, seperti di Mesjid Al-Mashun, namun di sini terbuka, dan di sampingnya terdapat kuburan. Mesjid ini sekarang juga masih dalam perluasan. Mesjid ini sering disebut Mesjid Raya karena kebiasaan orang Medan untuk menyebutkan mesjid yang besar adalah Mesjid Raya saja, tanpa disebutkan namanya. Jadi bila datang ke Medan, jangan lupa sholat di Mesjid Raya yang terletak di Jl. K.L Yos Sudarso KM 18,4 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan ini.

pentingnya Internet secara Sehat

Imam Syafi'i: Pembela Sunnah dan Pemberantas Bid'ah/Kesesatan/Ma'shiyat, tuduhan terhadap Imam Syafi'i

Imam Malik RA adalah guru beliau. Imam Malik adalah seorang ahli hadits dan pendiri mazhab Maliki. Namun sepeninggal beliau, banyak pengikut beliau yang menganggap pendapat beliau adalah suci (taqlid buta), bahkan mereka menganggap bekas-bekas peninggalannya termasuk pakaiannya adalah suci. Di negeri Andalusia pada masa itu (sekarang wilayah masuk Spanyol selatan) ada sebuah kopiah milik Imam Malik RA yang dijadikan alat untuk meminta hujan. Tentu saja hal ini tidak pernah diajarkan oleh Imam Malik, namun lama-kelamaan ajaran beliau mulai dirusak oleh pengikutnya yang fanatik. Maka Imam Syafi'i sebagai seorang ulama dan tentunya imam mujtahid mempunyai kewajiban untuk menyeru kepada hal yang benar sesuai dengan syariat Islam. Namun tatkala kritikan beliau ini beliau sampaikan, beberapa pengikut Imam Malik yang fanatik mendatangi Penguasa Mesir untuk mengusir Imam Syafi'i dari Mesir. Banyak sekali hal-hal dalam Islam yang dengan mudahnya dituduhkan merupakan ajaran Imam Syafi'i, padahal sang Imam tidak pernah mengajarkan demikian. Maka jangan heran bila fitnah-fitnah terhadap Imam Syafi'i terus beredar sampai sekarang, karena mudahnya mayoritas pengikut mazhab Syafi'i menuduh yang bukan-bukan kepada beliau.