Minggu, 13 Februari 2011

-Dan perkataannya "untuk mengetahui" yaitu benar-benar mengetahui
kebenaran atau hakikat dari kepastian yang sesuai dengan kebenaran
dari dalil. Maka kepastian itu adalah sesuatu yang tidak ada keraguan
padanya dalam kadar apapun. Dan sekecil apapun keragu-raguan itu tidak
mencukupi untuk memenuhi tuntutan kewajiban bagi mukallaf untuk
mengetahui hak Allah dan Rosulnya. Dan kesesuaian bagi kebenaran
adalah yang bukan kepastian yang tidak cocok dengan kebenaran, bahkan
hal ini disebut sebagai suatu kebodohan, seperti kepastian orang
Nasrani akan trinitas dan keyakinan orang Majusi akan adanya dua
tuhan, dan bukan pula kepastian yang benar namun tidak mempunyai
alasan, maka ini disebut taqlid dan bukan ma'rifah atau mengetahui.
Dan orang yang mengikut secara membabi-buta adalah orang yang mengikut
selainmu pada perkataan atau keyakinan tanpa mengetahui dalil atau
alasannya. Adapun jika engkau mengetahui dalilnya maka engkau orang
yang mengetahui, dan engkau bukan orang yang taqlid, maka dikecualikan
orang yang taqlid itu bagi orang yang mengetahui semua asal-usulnya,
sejarahnya, dan dalilnya.

--
Dikirim dari perangkat seluler saya

Sabtu, 12 Februari 2011

Usaha

secara langsung dapat di artikan sebagai gaya pada jarak tertentu, dengan rumus:

W = F x s

dengan
W = usaha (J)
F = gaya (N)
s = jarak perpindahan (m).



1 J = 1 N x 1 m
1 erg = 1 dyne x 1 cm
1 N = 10^5 dyne
1 J = 10^7 erg

Usaha

secara langsung dapat di artikan sebagai gaya pada jarak tertentu, dengan rumus:

W = F x s

dengan
W = usaha (J)
F = gaya (N)
s = jarak perpindahan (m).



1 J = 1 N x 1 m
1 erg = 1 dyne x 1 cm
1 N = 10^5 dyne
1 J = 10^7 erg

Organisasi Islam di Indonesia

Muhammadiyah memilih untuk tidak taqlid kepada salah satu imam, mereka memilih hadits yang paling kuat, sehingga terkadang mirip dengan mazhab Hanafi

Nahdatul Ulama memilih untuk berpegang pada salah satu Imam dari 4 imam mazhab

Al-Jam'iatul Washliyah berdasarkan pada mazhab Syafi'i