Sabtu, 30 Juli 2011

Budaya MenulisBudaya Menulis

Budaya Menulis


Tulisan di Manaroh al-Ilmi, untuk kemajuan peradaban

Arti yang tepat untuk mengartikan kata menulis adalah suatu kegiatan menggambar bahasa atau kata dalam suatu bentuk tertentu, sehingga bila seseorang sedang melukis, tidak bisa dikatakan menulis, walaupun lukisannya itu menceritakan sesuatu, karena ia digambar tidak dalam bentuk tertentu. Sebaliknya walaupun suatu huruf berbentuk gambar, seperti pada herioglif atau huruf kanji, tetap dikatakan tulisan walaupun berbentuk seperti gambar. Kemudian untuk tulisan yang ditulis dengan mesin disebut dengan ketikan, padahal tidak salah bila disebut dengan tulisan ketik. Pada awalnya memang semua tulisan ditulis dengan menggunakan pena atau yang semacamnya yang digenggam oleh tangan, sehingga disebut tulisan tangan karena memang cara penulisan seseorang untuk suatu huruf cenderung berbeda-beda, sedangkan mesin tentulah bentuk tulisannya bisa diatur sedemikian rupa.

Kapankah manusia mulai menulis? Tentulah sejak huruf mulai ditemukan. Pada awalnya manusia telah mengenal bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya, mengingat manusia adalah makhluk sosial, dan pada masa itu hanya mungkin bertahan hidup dengan cara berkelompok. Untuk menyampaikan sesuatu secara tersurat, mereka melukisnya di gua-gua tempat mereka tinggal. Menurut sejarah dari para ahli sejarah, masyarakat yang mengenal aksara pertama kali adalah bangsa Mesir dengan herioglif mereka yang terdiri dari gambar yang bermakna bunyi tertentu, dan gambar yang bermakna benda tertentu, dan gambar yang bermakna jumlah tertentu. Bangsa China juga menggunakan huruf dari benda tertentu dan kemudian kata yang bunyinya mirip dengan lambang itu disimbolkan sama dengannya. Seperti kalajengking yang dalam bahasa China adalah van, maka lambang atau huruf untuk 10000 yang berbunyi van juga adalah sama dengan kalajengking itu, dan lambang kalajengking itu dibuat mirip dengannya. Kemudian bangsa lain membuat aksaranya, dan kalau dilihat adalah kemiripan diantara aksara-aksara tersebut, apalagi bagi bangsa yang bersaudara, seperti huruf Arab, Yunani, Romawi, Persia, dan lainnya.

Hanya saja, budaya menulis pada zaman itu hanyalah milik kalangan istana dan agamawan-biasanya seorang agamawan juga adalah ilmuwan, terutama astronomi dan filsafat, karena hal ini berkaitan dengan alam-saja, sehingga ilmu pengetahuan yang berdampak pada budaya menulis tidak berkembang pada masyarakat luas, sehingga seorang yang pandai tulis baca adalah orang yang sangat pintar pada masa ini. Bahkan huruf paku pada bangsa Aztek yang terkenal mempunyai peradaban dan ilmu astronomi yang tinggi tidak bisa dibaca secara lengkap sampai sekarang oleh penduduk aztek sendiri, meskipun baru ditingalkan puluhan tahun saja.

Hal ini terus melanda dunia, sampai pada abad ke-5 masehi di tanah Arab mulailah tersebar sebuah ajaran tauhid yang murni yang sesuai dengan fitrah manusia yaitu agama Islam. Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang bebas merdeka, tidak pernah dirajai oleh siapapun. Demikian juga dengan budaya menulis. Bangsa Arab dikenal mempunyai sastra yang tinggi, meskipun tidak pandai tulis baca, dan siapapun boleh bersyair, walau ia berasal dari wilayah paling terpencil sekalipun. Huruf Arab dikenal 100 tahun sebelum datangnya Islam, maka bangsa yang punya sastra yang hebat itu semakin hebat budaya menulisnya dengan hurufnya itu. Agama Islam juga memerintahkan umatnya untuk terus belajar, membaca, dan menulis, sebagai mana dalam ayat Qur an yang pertama kali turun dan hadits-hadits Nabi. Hal ini terus berlanjut sampai puncak kegemilangan kebudayaan Islam pada dinasti Abbasiyah, dimana setiap orang bebas untuk membaca dan menulis, menjadi ilmuan dan peneliti, dan hal ini sangat didukung oleh negara, bahkan negara memberikan dana dan fasilitas yang tidak terbatas bagi siapapun untuk menulis dan membaca, bahkan karya tulis pada zaman ini dihargai sangat mahal, dengan puluhan gram emas murni. Harus diakui bahwa kebudayaan Islamlah yang pertama kali menyebarkan tradisi ilmu pengetahuan dan budaya menulis kepada masyarakat luas, dan hal inilah yang sampai kepada masyarat Eropa hingga kini.

Manfaat Menulis

Setelah teknologi Internet dikembangkan para akademisi, maka teknologi inipun menyebar dengan cepat. Internet sering menjadi lambang dari globalisasi. Hal ini karena internet dapat menjangkau siapa saja dengan biaya yang murah. Namun penggunaannya di tengah masyarakat belum optimal. Contoh dalam dunia pendidikan, apa yang disebut dengan e-learning belum benar-benar dimanfaatkan. Ketika teknologi internet menyebar, banyak para guru yang memberi tugas dengan mencari di internet, dan ini telah menjadi suatu hal yang mudah, praktis, keren, dan harus untuk kemajuan teknologi. Padahal ada informasi yang ada di buku namun belum ada di internet, dan sang murid tidak tahu bagaimana cara menulis di Internet. Harusnya para murid diajarkan untuk menulis di Internet melalui wiki, forum, ataupun blog, dan inilah yang lebih baik. Karena kita selalu diajarkan untuk menjadi pengguna internet, bukan menjadi penyedia internet. Tidak heran bila banyak hari ini generasi muda Indonesia hanya menjadi korban dari game online, facebook, dan lainnya, dan nyaris tidak pernah menjadi penguasa Internet (karena untung masih ada anak berbakat penemu situs salingsapa yang membuat Indonesia bangga). Sehingga tampaknya hal-hal yang berbau internet masih terbentur pada sumber daya manusia, teknologi, kesadaran, pendidikan, dan dana. Ha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda sampaikan pendapat anda, karena pendapat manusia sebagai makhluk berakal dan berhati harus dihargai.